Rabu, 13 Mac 2013

Tips Mendaki Gunung Gede-Pangrango



Gunung Gede-Pangrango adalah satu-satunya gunung yang paling sering di daki di Indonesia, kurang lebih 50.000 pendaki per tahun, meskipun peraturan dibuat seketat mungkin, bisa jadi karena lokasinya yang berdekatan dengan Jakarta dan Bandung. Untuk mengembalikan habitatnya biasanya tiap bulan Agustus ditutup untuk pendaki juga antara bulan Desember hingga Maret. Untuk mengurangi kerusakan alam maka dibuatlah beberapa jalur pendakian, namun jalur yang populer adalah melalui pintu Cibodas

Mulai 1 April 2002 untuk mengunjungi Taman Nasional Gn.Gede-Gn.Pangrango diberlakukan sistem booking, 3-30 hari sebelum pendakian harus booking dahulu. Jumlah pendaki dibatasi hanya 600 orang per malam, 300 melalui Cibodas, 100 melalui Selabintana, 200 melalui Gunung Putri. Pendaftaran pendaki hanya dilanyani di Wisma Cinta Alam kantor Balai Taman Nasional Gn. Gede-Pangrango pada hari kerja (senen-jumat) pada jam kantor. Pos Cibodas, Gn. Putri dan Salabintana sudah tidak melayani ijin pendakian. Hanya sebagai pos kontrol.
Pemerintah Hindia Belanda menetapkan kawasan hutan seluas 150 km2 di puncak Gunung Gede Pangrango (Kabupaten Cianjur) sebagai suaka alam pada tahun 1889. Pemerintah RI kemudian mengubah status wilayah Gede Pangrango menjadi Taman Nasional pada tahun 1980.

Kawah Gn. Gede

CUACA
Gede Pangrango adalah salah satu tempat di pulau jawa yang terbanyak curah hujannya, rata-rata pertahun mencapai 3.000 hingga 4.200 mm. Musim Hujan dimulai pada bulan Oktober hingga bulan mei dengan curah hujan lebih dari 200 mm setiap bulannya, dan lebih dari 400 mm perbulannya diantara bulan Desember hingga Maret dan taman biasanya ditutup. Taman nasional ini sangat penting untuk menyerap air hujan.
Saat terbaik untuk mengunjungi taman maupun pendakian adalah diantara musim kemarau sekitar juni hingga september, dimana pada saat itu curah hujan turun dibawah 100 mm. Suhu rata-rata berfariasi dari 18ºC di Cibodas hingga kurang dari 10ºC di puncak gunung gede dan pangrango, dengan kelembaban diantara 80% dan 90%. Pada malam hari suhu di puncak gunung bisa mencapai dibawah 5ºC, sehingga bagi setiap pendaki gunung harus membawa jaket tebal. Pendaki juga perlu berhati-hati karena pohon-pohonan mudah tumbang.
Kelembabannya sangat tinggi terutama di hutan pada malam hari, namun pada musim kemarau di puncak gunung berubah turun pada malam hari sekitar 30% hingga siang hari naik mencapai 90%. FAUNA
Tercatat ada 245 jenis burung di taman ini, ketika Junghuhn mendaki Gn.Pangrango pada tahun 1839, merupakan pendaki pertama yang dilakukan oleh orang Eropa, ia menemukan dua badak jawa di dekat puncak gunung (kandang badak) seekor sedang berendam di suatu sungai kecil dan yang lain sedang merumput di pinggir sungai. Sekitar 150 tahun yang lalu juga masih dihuni oleh banteng dan rusa jawa. Pada tahun 1929 masih ada Macan tutul Panthera pardus di Taman Nasional ini, dan tahun 1986 masih tersisa 10, tetapi sekarang sudah tidak ada lagi.

PINTU MASUK TAMAN
Bagi setiap pengunjung wajib minta ijin di pintu masuk taman yang dapat diperoleh di kantor Cibodas. Pengunjung dapat memasuki taman lewat beberapa pintu diantaranya:

Kebun Raya Cibodas

Pintu Cibodas (Cipanas) merupakan pintu masuk utama dan kantor pusat taman. Berjarak kira-kira 100 km dari Jakarta / 2,5 jam dengan mobil, 89 km dari Bandung / 2 jam naik mobil.

Pintu Gunung Putri (Cianjur) dekat dengan Cibodas dan dapat dijangkau lewat Cipanas atau Pacet. Pintu Selabintana (Sukabumi) berjarak 60 km dari Bogor / 1,5 jam naik mobil, dan 90 km dari Bandung / 2 jam naik mobil. Jalur ini sudah ditutup, karena ada beberapa tempat yang terkena longsor sehingga kita harus merangkak melalui pinggiran jurang dengan tali. Untuk itu diperlukan ijin khusus dan harus dengan pengawalan ranger.

Pintu Situgunung (Sukabumi) berjarak 15 km dari Selabintana ke arah Bogor. Jalur menuju puncak Gunung Gede dan Pangrango memiliki jalur yang sangat jelas, kecuali pintu masuk Situgunung.

Beberapa rute yg dapat dilalui untuk menuju ke Gn.Gede-Pangrango

PERATURAN PENDAKIAN
1. Semua pengunjung wajib membayar tiket masuk taman dan asuransi. Para wisatawan dapat membelinya di ke empat pintu masuk. Ijin khusus diperlukan bagi pendaki gunung atau wisatawan yang dari Cibodas menuju Air terjun Cibeureum melanjutkan ke Air Panas. Wisatawan yang menuju Air terjun Cibeureum lewat Selabintana. Dari perkemahan Bobojong memasuki Taman Nasional lewat Gunung Putri.
2. Bagi para pendaki gunung harus minta ijin ke kantor pusat taman di Cibodas, 3-30 hari sebelum pendakian harus booking dahulu. Jumlah pendaki dibatasi hanya 600 orang per malam.
Jam buka kantor pengurusan ijin:
Senin - Kamis jam 07.30 - 14.30
Jumat jam 07.30 - 11.00
Pendaki harus menyerahkan photo copy KTP atau Surat ijin Orang Tua bagi yang belum memiliki KTP.
3. Penjaga akan memeriksa barang-barang bawaan dan perijinan sebelum memasuki taman.
4. Dilarang membawa binatang ke dalam taman.
5. Dilarang membawa senjata tajam termasuk pisau dan peralatan berburu.
6. Dilarang membawa perlengkapan radio dan bunyi-bunyian ke dalam taman, ijin khusus diperlukan bagi pengguna "walkie-talkie".
7. Dilarang membuat api unggun yang beresiko tinggi penyebab kebakaran hutan.
8. Dilarang mengganggu, memindahkan, atau merusak barang-barang milik taman. Termasuk mencorat-coret batu atau pohon.
9. Dilarang memetik bunga atau mencabut tanaman.
10. Mendakilah mengikuti jalur utama. Memotong jalur dapat merusak taman dan juga sangat berbahaya.
11. Jangan tinggalkan sampah, sangat sulit dan lama untuk membersihkan sampah dan botol-botol di gunung. Bawa kembali semua sampah ke luar taman.
12. Jangan mecemari atau mengotori sungai, pada saat mandi jangan gunakan sabun atau bahan pencemar lainnya.
13. Melapor kembali ke penjaga taman ketika meninggalkan taman dan menyerahkan surat ijin masuk.
14. Dilarang membawa minumam beralkohol ke dalam taman.

KEBUTUHAN MINIMAL
Bagi para pendaki kebutuhan utama yang harus dipenuhi adalah:
1. Perlengkapan minimal pendakian: pakaian hangat, sleeping bag bila ingin menginap di gunung, jas hujan atau pakaian tahan air, perlengkapan obat-obatan.
2. Bawalah bekal makanan dan minuman yang cukup (non-alkohol).
3. Dilarang mendaki sendirian, sedikitnya harus tiga orang dalam suatu kelompok dan sebisa mungkin dibimbing oleh orang yang sudah hafal betul dengan jalurnya.

Pendakian via Cibodas

PINTU CIBODAS & GUNUNG PUTRI
Jalur terbaik adalah melalui Cibodas, karena kita dapat menikmati keindahan satwa dan beberapa tempat menarik seperti Telaga Biru, air terjun Ciberem dan Air Panas. Terutama sekali kita dapat menemukan aliran air sepanjang jalan hingga pos Kandang Badak suatu pos persimpangan jalan antara Gunung Gede dan Pangrango.
Cibodas atau Gunung Putri dapat ditempuh menggunakan kendaraan umum jurusan Jakarta - Bandung. Turun di Cipanas atau pertigaan Cibodas, disambung dengan mobil angkutan kecil jurusan Cipanas - Cibodas, atau Cipanas - Gunung Putri. Selain dikenakan tiket masuk Taman dan Asuransi, pengunjung diwajibkan meninggalkan photocopy Tanda Pengenal dan menunjukkan Tanda pengenal asli.
Melalui Cibodas puncak Gunung Gede dapat ditempuh selama 5 jam dan puncak Gunung Pangrango dapat ditempuh selama 7 jam. Sedangkan melalui Gunung Putri puncak Gunung Gede dapat ditempuh selama 9 jam.
Dari jalur Cibodas, terdapat beberapa pos peristirahatan yang berupa bangunan beratap yang sangat bermanfaat untuk berteduh dan menghangatkan badan. Sebaiknya tidak mendirikan tenda di dalam pos karena mengganggu para pendaki lainnya yang ingin berteduh.
Sebelum pos Kandang Batu kita akan melewati suatu lereng curam yang sangat berbahaya, yang dialiri air panas, pendaki perlu ekstra hati-hati karena sempit dan licin namun banyak pendaki berhenti untuk menghangatkan badan. Sebaiknya tidak berhenti di sini sangat menggangu pendaki lainnya, selain itu sebaiknya menggunakan sepatu, panasnya air sangat terasa bila kita hanya menggunakan sandal.

Sungai Air Panas (kandang Batu)

Mandi di sungai di Pos Kandang Batu ini yang berair hangat sangat menyegarkan badan, menghilangkan capek dan kantuk. Membantu melancarkan aliran darah yang beku kedinginan. Jangan gunakan sabun, odol, shampoo, karena banyak pendaki mengambil air minum di sungai ini. Membuka tenda di Pos ini sangat mengganggu perjalanan pendaki lainnya.
Meninggalkan Pos Kandang Batu kita akan melewati sungai yang kadang airnya deras sehingga hati-hati dengan sendal yang dipakai. Celana panjang mungkin perlu digulung, namun bila air sungai sedang tenang (tidak ada hujan di puncak) kita bisa melompat di atas batu-batu. Mendekati Kandang Badak, kita akan mendengar suara deru air terjun yang cukup menarik dibawah jalur pendakian. Kita bisa memandang ke bawah menyaksikan air terjun tersebut, atau turun ke bawah untuk mandi bila air tidak terlalu dingin. Bagi pendaki sebaiknya mengisi persediaan airnya di pos Kandang Badak, karena perjalanan berikutnya akan susah memperoleh air. Setelah kandang Badak perjalanan menuju puncak sangat menanjak dan melelahkan disamping itu udara sangat dingin sekali. Disini terdapat persimpangan jalan, untuk menuju puncak Gn.Gede ambil arah ke kiri, dan untuk menuju puncak Gn.Pangrango ambil arah kanan. Persiapan fisik, peralatan dan perbekalan harus diperhitungkan, sebaiknya beristirahat di pos ini dan memperhitungkan baik buruknya cuaca.

Puncak Gn. Pangrango dilihat dari puncak Gn Gede

Menuju puncak Pangrango waktu yang dibutuhkan sekitar 3 jam dengan jarak tempuh lebih kurang 3 km, dengan melintasi kawasan hutan lebat yang sangat terjal. Dari puncak gunung Pangrango pendaki tidak bisa menikmati pemandangan sekitar karena masih banyak pohonan. Sedikit turun ke arah barat terdapat areal terbuka seluas 5 ha yang dipenuhi dengan tanaman bunga edelweis. Tempat ini di sebut Alun Alun Mandalawangi.
Untuk menuju puncak gunung gede pendaki menyusuri punggungan gunung yang terjal. Terdapat sebuah tempat yang disebut Tanjakan Setan, tempat ini sangat terjal dan dilengkapi dengan tali baja untuk berpegangan. Dari atas tanjakan ini pendaki bisa memandang panorama puncak gunung Pangrango yang sangat indah.
Hempasan angin kencang sangat terasa di tempat ini. Pendakian di musim hujan tempat ini terasa sangat dingin karena hembusan angin kencang yang bercampur dengan air. Pendaki yang belum makan biasanya akan mudah sakit ketika tiba di tempat ini. Bahkan bisa terkena kram bila tidak menggunakan pakaian yang cukup tebal. Hingga puncak Gunung Gede angin kencang akan selalu menemani pendaki.

Puncak Gn. Gede

Puncak gunung gede memanjang, berbeda dengan puncak gunung pangrango yang runcing sempurna. Pendaki biasanya menikmati pemandangan Kawah Gunung Gede yang sangat luar biasa. Tercium aroma bau belerang yang kadang kala sangat menyengat hidung. Kawah gunung Gede terdiri dari Kawah Ratu dan Kawah Wadon.
Puncak gunung Gede sangat indah namun perlu hati-hati, kita dapat berdiri dilereng yang sangat curam, memandang ke kawah Gede yang mempesona. Dibawah lereng-lereng puncak ditumbuhi bunga-bunga edelweis yang mengundang minat untuk memetiknya, hal ini dilarang dan sangat berbahaya bagi kelestariannya.

Alun-alun SURYA KENCANA

Dari puncak Gede kita bisa kebawah menuju alun-alun SuryaKencana, dengan latar belakang gunung Gumuruh. Terdapat mata air yang jernih dan tempat yang sangat luas untuk mendirikan kemah.

Tempat berkemah

Bila berkemah di alun-alun Surya Kencana di pagi hari sekitar jam 5 pagi pendaki akan dibangunkan oleh para pedagang yang menawarkan nasi uduk dan rokok, (Gunung apa pasar !!??..), Dari sini kita belok ke kiri (timur) bila ingin melewati jalur Gunung Putri, dan untuk melewati jalur Selabintana kita berbelok ke kanan (barat).

JALUR GUNUNG PUTRI
Untuk menuju Gunung Putri dari Jakarta naik bus jurusan Bandung / Cianjur turun di Pasar Cipanas. Dari belakang Pasar yang merangkap terminal ini kita naik mobil angkot ke Gunung Putri. Sebelum melakukan pendakian kita harus booking terlebih dahulu 3-30 hari sebelum hari pendakian di Kantor Pusat Taman Nasional yang terletak di Cibodas.
Di Pos Penjagaan Gunung Putri (1.450 mdpl), pendaki wajib melapor dan menunjukkan surat - surat perijinan dan akan dilakukan pemeriksaan terhadap barang-barang bawaan. Untuk barang yg dilarang seperti pisau, radio, sabun, odol, dll. akan diminta oleh petugas. Pada saat keluar Taman Nasional juga akan dilakukan pemeriksaan kembali serta wajib memperlihatkan sampah yang dibawa turun sisa-sisa pemakaian kita sendiri. Di setiap pintu taman ada tempat untuk membuang sampah.

Pendakian via Gunung putri

Pendakian awal berupa jalan setapak yang melintasi kebun penduduk, yang selanjutnya akan menyeberangi sungai kecil. Setelah melewati sungai jalur mulai menanjak dan kita akan menemukan pipa air minum yang disalurkan untuk keperluan penduduk sekitar.
Satu jam perjalanan dari pipa air pendaki akan sampai di Pos Tanah Merah yang berupa bangunan bekas kantor Taman Nasional yang sudah tidak terpakai di ketinggian 1.850 mdpl. Beberapa dinding kayu sudah hilang dan lantai kayunyapun sudah pada berlobang, namun atapnya masih bagus sehingga dapat digunakan untuk berteduh.
Jalur semakin menanjak dan melintasi akar-akar pepohonan, suasana hutan semakin lebat dan mencekam, setelah berjalan sekitar 1,5 jam akan sampai di Pos Legok Lenca diketinggian 2.150 mdpl.
Jalur berikutnya semakin curam dan licin terutama di musim penghujan, di beberapa tempat medan sempit sehingga pendaki harus ke pinggir bila berjumpa dengan pendaki dari arah berlawanan. Pos berikutnya adalah Buntut Lutung yang berada di ketinggian 2.300 mdpl. Tempat ini agak lega sehingga bisa beristirahat rame-rame setelah melintasi jalur sempit. Jarang sekali ada pendaki yang membuka tenda di pos-pos di sepanjang jalur gunung putri. Selain tempatnya sempit dan tidak ada sumber air, pendaki lebih suka bersusah payah sekuat tenaga untuk sampai di Alun-Alun Surya kencana dan berkemah di sana.
Sebelum sampai di lapangan terbuka Surya Kencana kita masih harus melewati dua pos lagi yakni Pos Lawang Seketeng (2.500 mdpl) dengan medan yang semakin terjal dan semakin menguras tenaga, serta Pos Simpang Maleber (2.625 mdpl).
Pos yang ada berupa bangunan untuk duduk yang dilengkapi dengan atap yang disangga satu tiang seperti payung. Seperti pos-pos yang lainnya tiang penyangga atap sudah roboh semua. Dari Pos Simpang Maleber lintasan sudah landai alun-alun Surya Kencana sudah nampak di depan mata. Untuk menuju Pusat Keramaian Alun-Alun ( Kilometer Nol ) kita harus berjalan ke arah kanan mengikuti aliran sungai kecil yang berada tepat di tengah-tengah lapangan.
Selanjutnya dari Km-0 kita ke kanan mendaki bukit terjal berbatu yang banyak ditumbuhi edelweis untuk menuju puncak Gn. Gede. Sedangkan untuk turun kembali lewat jalur Selabintana kita harus berjalan lurus.

JALUR SELABINTANA
Selabintana (960 mdpl) adalah kawasan wisata yang sangat menarik. Hotel, penginapan, tempat bermain, air terjun dan bumi perkemahan menjadikan kawasan ini ramai dikunjungi siapa saja. Kaum Remaja dari Bandung dan Jakarta sering mengadakan camping di lokasi ini. Kaum Muda Sukabumi menjadikannya sebagai tempat istimewa untuk berpacaran.

Air Terjun

Di Selabintana terdapat air terjun Ciberem yang memiliki ketinggian hingga 70 meter. Percikan dan kabut yang tercipta oleh air terjun sudah terasa dari kejauhan ketika pengunjung hendak mendekatinya. Untuk menuju air terjun pengunjung harus melewati jalan berbatu yang panjang dan terjal. Lokasi yang sulit dijangkau ini tidak mengurangi niat orang untuk menuju ke sana. Banyak orang tua yang sengaja ingin memanfaatkan suasana alam dan jalur yang menantang ini untuk proses penyembuhan atau melatih badan.
Jalur pendakian Selabintana kurang diminati oleh para pendaki. Banyak hal yang menjadi alasan yakni: 1.membutuhkan waktu yang lebih lama baik dalam pendakian maupun dalam perjalanan di kendaraan umum, 2.akses kendaraan umum yang susah dan lebih jauh, 3.jalurnya lebih berat, berlumpur dan banyak pacet.
Setelah melakukan booking beberapa hari sebelumnya di Cibodas pendakian baru bisa dilakukan. Di Pos Pemeriksaan dilakukan pemeriksaan barang bawaan dan surat perijinan, kemudian pendaki bisa langsung "ngetrek" atau berkemah terlebih dahulu di Selabintana.

Dari Pos Pemeriksaan kita berjalan menyusuri tepi sungai yang aliran airnya jernih dan sangat dingin memasuki kawasan hutan lebat yang banyak dihuni satwa liar. Lintasan berupa jalan berbatu yang ditata rapi menyusuri punggungan gunung. Monyet-monyet bergelantungan di atas pohon, aneka burung berkicauan di atas dahan.
Setelah berjalan sekitar 1/2 jam kita akan berjumpa dengan menara pengamatan burung. Selanjutnya akan sampai di Pos Citingar (1.000mdpl). Di sepanjang jalur banyak terdapat sampah dedaunan. Di musim penghujan banyak pacet dan di musim kemaraupun masih ada pacet. Medan yang berupa tanah gembur dilapisi guguran dedaunan semakin menanjak dan licin.

Bila ingin beristirahat sebaiknya tidak duduk di atas pohon tumbang atau di tanah berhumus karena banyak pacet, cukup berdiri mengambil nafas panjang. Masih dalam kondisi jalur yang sama kita akan sampai di Pos Citingar Barat (1.175 mdpl). Sekitar 2-3 jam kita berjalan dikawasan hutan yang banyak pacetnya ini. Untuk itu gunakan sepatu gunung jangan pakai sendal, untuk menghindari puluhan pacet nempel di kaki.
Selanjutnya jalur masih berupa tanah gembur dilapisi dedaunan. 1 jam kemudian jalur agak landai sedikit turun dari punggungan gunung menghindari lintasan lama yang longsor (di atas lintasan baru). Di lokasi ini lintasan baru dilapisi dengan batu yang ditata rapi danPacet sudah jarang dijumpai. Kemudian kita akan sampai di Pos Cigeber (1.300 mdpl).
Bila lintasan sebelumnya langit tertutup oleh rimbunya pepohonan (canopy), maka lintasan berikutnya kita mulai bisa melihat langit karena pohon-pohon yang sangat tinggi sudah jarang. Tanah yang diinjak mulai agak keras. Kita akan melewati pinggiran jurang yang banyak ditumbuhi rumput-rumput yang agak tinggi. Selanjutnya tiba di Pos Cileutik (1.500 mdpl).

Sedikit turun di bawah Pos yang sudah roboh ini terdapat sungai yang aliran air nya kecil dan membentuk air terjun mini. Bila tidak terlalu dingin bisa mandi di sungai ini. Di lokasi ini beberapa pendaki bisa beristirahat bersama namun tidak cukup untuk mendirikan 2-3 tenda.
Setelah menyeberangi sungai kecil, medan kembali menanjak dan memasuki kawasan hutan yang lebat. Di beberapa tempat tanah yang diinjak agak lembek. sekitar 2 jam berjalan pendaki akan sampai di Pos yang banyak dikelilingi pohon-pohon yang memiliki bentuk yang aneh, sehingga bisa menimbulkan fantasi yang bermacam-macam.
Selanjutnya kita berjalan sekitar 2 jam maka kita akan sampai di Pos yang hanya bisa digunakan untuk duduk beristirahat sekitar 8 orang. Lintasan berikutnya makin terjal, di beberapa tempat kita bisa berpegangan pada akar-akar dan selanjutnya pendaki akan melewati jalur yang banyak di tumbuhi rumput-rumput yang sangat tinggi.
Sekitar satu jam kita akan sampai di Pos Pertigaan, di tempat ini terdapat persimpangan jalur, bila ke kanan menuju puncak gunung Gumuruh, bila ke kiri menuju alun-alun Surya Kencana. Sekitar lima menit dari lokasi Pos ini kita akan sampai di tempat yang terbuka, ke kanan kita bisa melihat ALun-alun Surya Kencana dan Puncak Gunung Gede.

Danau Biru

Untuk menuju pusat Alun-alun (Kilometer Nol) kita berjalan ke kanan sekitar 15 menit. Di lapangan luas ini kita bisa beristirahat mendirikan tenda. Untuk melanjutkan perjalanan lewat jalur Cibodas kita harus mendaki puncak gunung Gede terlebih dahulu. Sedangkan untuk melewati jalur Gunung Putri kita berjalan lurus mengikuti pinggiran sungai.

Hamparan tanaman Bunga Edelweis yg dilindungi

Untuk menuju puncak Gunung Gede dari Km-0 kita masih harus mendaki batuan terjal yang banyak ditumbuhi Bunga Edelweis, dengan waktu tempuh sekitar 30 menit.

Bunga Edelweis "BUNGA ABADI"

TRANSPORTASI:

JALUR CIBODAS
Naik bus jur Jakarta-Bandung lewat puncak, turun di pertigaan Cibodas. Mobil angkot ke Kebun Raya Cibodas.
JALUR GUNUNG PUTRI
Naik bus jur Jakarta-Bandung lewat puncak, turun di pasar Cipanas. Mobil Angkot ke gunung Putri.
JALUR SELABINTANA
Dari Sukabumi naik mobil angkot ke Selabintana. Jalan kaki/carter angkot ke Pondok Halimun.

JAKARTA - GUNUNG GEDE - PANGRANGO (perkiraan waktu tempuh) :

1 Jakarta - Cipanas ( arah Bandung ) jarak: 100km waktu tempuh -/+ 2 jam (berkendaraan)
2 Cipanas - Taman Cibodas ( Pintu Masuk ) -/+ 30 mnt (berkendaraan)
3 Cibodas - Danau Biru -/+ 30 mnt (hiking)
4 Danau Biru - Kandang Batu ( Sungai Air Panas ) -/+ 2 jam (hiking)
5 Kandang Batu - Kandang Badak -/+1,5 jam (hiking)
6 Kandang Badak - Puncak Gede ( 2.958 Mdpl ) -/+ 1 jam (hiking)
7 Kandang Badak - Puncak Pangrango ( 3.019 Mdpl ) -/+ 3 jam (hiking)
8 Puncak Gede - Alun Alun Suryakencana -/+ 30 mnt (hiking)

Bus Tabrak Tebing, 17 Peziarah Tewas


Posted: Thu, 28 Feb 2013 03:08:11 +0000

48 Alami Luka Ringan dan Berat

NUBRUK: Kondisi Bus Pariwisata Mustika Mega Utama Nopol F 7263 K beberapa saat setelah menghantam tebih di Kampung Ciloto Cipanas, Cianjur. Sebanyak 17 orang penumpangnya tewas dan 48 penumpang alami Luka ringan dan berat, Rabu, (27/2). FOTO:DEDE SANDI MULYADI/RADAR CIANJUR
NUBRUK: Kondisi Bus Pariwisata Mustika Mega Utama Nopol F 7263 K beberapa saat setelah menghantam tebih di Kampung Ciloto Cipanas, Cianjur. Sebanyak 17 orang penumpangnya tewas dan 48 penumpang alami Luka ringan dan berat, Rabu, (27/2).

CIANJUR-Kecelakaan maut kembali terjadi di wilayah Kabupaten Cianjur, Sebanyak 17 penumpang bus rombongan peziarah tewas akibat bus yang ditumpanginya menghantam tebing pembatas di tikungan Mislar Ruas Jalan Raya Ciloto KM 89, Cipanas, Rabu, (27/2). Sedangkan sekitar 48 penumpang lainnya, mengalami luka berat dan ringan. Seluruh korban dilarikan ke Rumah Sakit (RS) Cimacan dan RSUD Cianjur untuk mendapatkan perawatan.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun, peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 11:30 WIB. Ketika itu, Bus Mustika Mega Utama dengan nopol F 7263 K, yang datang dari Arah Bogor menuju Cikundul, Warungkondang, Cianjur, tiba-tiba menyerempet ke kiri dan menabrak tebing, tepatnya di Tikungan Mislar Ruas Jalan Raya Ciloto KM 89. Bus berpenumpang sekitar 65 orang ini, oleng, diduga akibat rem blong. Akibatnya, 17 orang meninggal dunia, 48 orang luka berat dan luka ringan.
Salah seorang saksi mata, Agung Budiman (14), warga Kampung Cikemang, Desa Sukajaya, Desa Sukajaya, Bogor, pada saat kejadian, dirinya duduk tepat di belakang sopir, Pandi (45), warga Kampung Cibening, Desa Pamijahan, Bogor. Ketika itu, dirinya melihat sopir bus panik dan berteriak rem blong. Dirinya sempat berlari ke bagian belakang bus, setelah diteriaki sang sopir.
“Busnya sudah gak terarah, bolak-belok. Saya lihat, sopirnya sudah panik, narik-narik rem tangan gak bisa-bisa, terus sopir langsung teriak untuk pindah ke belakang bus dan langsung nabrak. Saya gak tahu, nabrak apa,” terangnya.
Saksi mata lainnya, Muhamad Dede Sofian Sidiq (34), warga Sukajaya, Bogor, mengaku, dirinya tidak mengetahui persis kejadian yang menimpa dirinya dan penumpang lainnya. Namun, dirinya merasa sebelum memasuki kawasan Cipanas, bus sudah oleng.
“Sebelum masuk Cianjur juga sudah oleng. Saya tidak tahu kejadiannya gimana, yang saya dengar suara panik dan teriakan dzikir dari penumpang. Kemudian, bus nabrak tebing. Di rombongan itu, saya sama istri, Eva Nurhasanah (27), juga dua anak saya Ahmad Raihan (5) dan Neng Tiara Tazkiya (2), Alhamdulillah selamat, hanya luka-luka saja,” paparnya.
Sementara keterangan saksi mata di lokasi kejadian, Asep Baron (37) warga Ciloto, mengungkapkan, sebelum menghantam dinding pembatas, laju kendaraan bus dari arah Bogor tampak cepat dan tidak lama kemudian bus menabrak dinding pembatas.
“Setelah saya lihat dari dekat, sebagian penumpang sudah terlempar keluar dan terhimpit body bus serta sebagian numpuk di bawah bus dan selokan,” katanya.
Kapolres Cianjur AKBP Agustri Heryanto membenarkan peristiwa tersebut. Dirinya menjelaskan, dugaan sementara kecelakaan diakibatkan oleh out of control, karena merupakan jalur menurun dan tikungan tajam, yang membuat bus menabrak tebing pembatas.
“Tapi belum kita pastikan penyebabnya. Jelasnya, kendaraan out of control ditambah kondisi jalan yang sudah banyak berlubang,” tuturnya.
Dikatakannya, seluruh penumpang merupakan rombongan peziarah dari dua kampung, yakni Kampung Bojong dan Kampung Cikembang, Desa Sukajaya, Kecamatan Sukajaya, Bogor. Korban langsung dilarikan ke RS Cimacan dan RSUD Cianjur.
“Korban tewas di tempat sekitar 12 orang, meninggal di RS Cimacan 4 orang dan di RSUD Cianjur 1 orang. Jadi total 17 orang dan korban luka 28 dirujuk ke RSUD Cianjur, sisanya korban ringan di RS Cimacan,” pungkasnya.
Wakapolda Jabar Kombes Pol Ricko Amelza Dahniel menuturkan, berdasarkan pantauan serta keterangan sejumlah saksi, penyebab sementara kecelakaan di jalur tersebut akibat out of control. Kondisi jalan menurun dan tikungan tajam serta jalan berlubang, membuat sopi bus hilang kendali dan akhir menabrak ke tebing pembatas.
Dikatakannya, untuk mencari penyebab pasti peristiwa tersebut, pihaknya segera mengirimkan tim analysis accident dari Polda Jabar. Saat ini, pihaknya fokus pada penanganan korban, baik korban meninggal maupun luka-luka.
“Informasinya 17 meninggal, 28 luka berat dirujuk ke RSUD Cianjur dan sisanya, 20 penumpang luka ringan. Kita masih fokus di korban, untuk penanganan di lokasi tetap berjalan. Karena kita segera kirimkan, tim analisis kecelakaan. Jika sudah dapat informasinya, kita akan gelar sekaligus dengan yang laka di Gekbrong beberapa waktu lalu. Kita belum tahu kapannya, karena analisis itu butuh waktu,” jelas mantan Kapolres Sukabumi Kota ini.
Tidak hanya menurunkan tim analisis kecelakaan, pihaknya juga akan segera melakukan evaluasi dengan pihak terkait. “Jalur ini termasuk jalur rawan laka. Antisipasi kita sudah lakukan, dengan pemasangan rambu-rambu dan penempatan petugas. Tapi tetap saja, kaitan dengan ini, kita akan evaluasi dengan pihak terkait, utamanya dengan dinas perhubungan setempat,” paparnya.
Terkait dengan sopir bus, yang diketahui bernama Pandi (45), warga Kampung Cibening, Desa Pamijahan, Bogor, dikatakannya, selamat dan kondisinya mengalami luka berat. Hingga saat ini, belum dapat dimintai keterangannya, karena masih dalam perawatan medis. “Tapi kita tempatkan petugas untuk pengamanan. Saat ini, sopir dirawat di RSUD Cianjur,” tandasnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Cianjur Suranto mengatakan, terkait dengan penanganan korban kecelakaan bus, dilakukan di dua tempat, yakni RS Cimacan dan RSUD Cianjur. Hal tersebut didasarkan pada kondisi korban sendiri.
“Untuk korban meninggal seluruhnya di sini (RS Cimacan). Korban yang dirujuk ke RSUD Cianjur, merupakan korban dengan kondisi luka berat, sehingga membutuhkan perawatan medis yang lebih lengkap. Untuk penanganan korban, kita kerahkan sekitar 9-10 mobil ambulance. Lepas ini, kita akan segera lakukan evaluasi dengan pihak terkait,” terangnya.(zul/des)

 KRONOLOGIS LAKA BUS MAUT

  1. Bus Pariwisata Mustika Mega Utama Nopol F 7263 K berisi rombongan peziarah meluncur dari Bogor hendak menuju tempat ziarah Cikundul Cianjur.
  2. Sekitar pukul 11.25 WIB, memasuki turunan Ciloto akibat jalan banyak berlubang bus berpenumpang 65 orang tersebut belak-belok menghindari jalan rusak, tapi lama-kelamaan bus tak terkendali.
  3. Masuk jalan Ciloto tikungan kilometer 89, tepat pukul 11:30 WIB laju bus semakin tak terkendali lagi, dan menabrak dinding sebelah kiri jalan pembatas Mislar Ruas Jalan Raya Ciloto.
  4. Sebanyak 17 penumpang bus tewas di tempat akibat hantaman tebing, dan 48 penumpang lainnya mengalami luka berat dan ringan.
  5. Korban langsung dilarikan ke Rumah Sakit Cimacan dan RSUD Cianjur, guna mendapatkan perawatan intensif.